Jet Tempur China Ingin Tembakan Peluru ke Pesawat Jepang. Ketegangan militer di Laut China Timur kembali memanas setelah insiden radar lock dari jet tempur China terhadap pesawat Jepang. Pada Sabtu, 6 Desember 2025, dua jet J-15 China dari kapal induk Liaoning mengarahkan radar pengendali tembakan ke pesawat F-15 Jepang di atas perairan internasional dekat Pulau Okinawa. Menteri Pertahanan Jepang Shinjiro Koizumi sebut tindakan ini “berbahaya” dan melebihi batas aman penerbangan, langsung protes keras ke Beijing. Insiden ini jadi yang paling serius dalam beberapa tahun, di tengah klaim wilayah Senkaku/Diaoyu yang bersengketa. Jepang, yang lagi-lagi hadapi manuver kapal induk China di selatan Okinawa, khawatir ini eskalasi dari latihan militer rutin. Bagi Tokyo, radar lock seperti ini sinyal potensi serangan—pesawat Jepang harus manuver evasif untuk hindari risiko. BERITA BOLA
Jalannya Insiden Radar Lock: Jet Tempur China Ingin Tembakan Peluru ke Pesawat Jepang
Dua insiden terjadi dalam satu hari. Yang pertama sekitar sore hari: jet J-15 China lock radar ke F-15 Jepang selama tiga menit saat pesawat itu patroli rutin. Yang kedua malam hari, lock berlangsung 30 menit—jet Jepang yang berbeda ikut scrambling untuk pantau kemungkinan pelanggaran udara. Kapal induk Liaoning, didampingi tiga kapal perusak rudal, lagi manuver di selatan Okinawa, area sensitif dekat Kepulauan Ryukyu. Menteri Koizumi bilang di X: “Penerbangan radar ini melebihi kebutuhan aman, dan kami tuntut langkah pencegahan.” Jepang tak langgar wilayah China, dan tak ada cedera atau kerusakan. Ini mirip insiden 2013 saat kapal China lock radar ke kapal perusak Jepang di Laut China Timur, atau 2016 saat Beijing tuduh jet Jepang lakukan hal serupa. Bedanya, kali ini langsung libatkan jet tempur—ancaman lebih tinggi.
Respons Jepang yang Tegas: Jet Tempur China Ingin Tembakan Peluru ke Pesawat Jepang
Tokyo langsung protes diplomatik ke Kedutaan China di Tokyo, tuntut penjelasan dan jaminan tak ulang. Perdana Menteri Sanae Takaichi, yang baru ingatkan China soal Taiwan, sebut insiden ini “provokasi tak bertanggung jawab” yang ancam stabilitas Indo-Pasifik. Angkatan Beli Dirgantara Jepang (JASDF) tingkatkan scrambling: pesawat patroli tambah dua kali lipat di area Okinawa. Menteri Koizumi bilang: “Kami pantau ketat aktivitas China, dan siap respons jika eskalasi.” AS, sekutu utama Jepang, belum komentar resmi, tapi sumber militer bilang mereka dukung penuh—Okinawa jadi basis terbesar pasukan AS di luar negeri. Ini tambah tekanan pada hubungan Jepang-China, yang sudah dingin sejak latihan militer China di sekitar Taiwan November lalu.
Konteks Klaim Wilayah dan Sejarah
Insiden ini terjadi di perairan dekat Kepulauan Senkaku/Diaoyu, yang China klaim sebagai miliknya sejak 1970-an, sementara Jepang kontrol sejak 1895. Area ini kaya ikan dan diduga punya cadangan minyak—titik panas konflik. China sering kirim kapal patroli ke sana, tapi jet tempur dari Liaoning jarang lock radar seperti ini. Sejarah tunjukkan pola: 2013, radar lock ke kapal Jepang picu protes global; 2016, tuduhan balik. Kini, dengan Liaoning manuver bareng tiga kapal perusak, ini sinyal China perkuat klaim di Laut China Timur. Jepang, yang tingkatkan anggaran militer 7,9 persen tahun ini, khawatir ini tes batas—terutama setelah Takaichi bilang Jepang bisa bantu Taiwan jika ancam keamanannya. Analis bilang, insiden ini bisa dorong aliansi Quad (AS, Jepang, India, Australia) lebih erat.
Kesimpulan
Insiden jet China lock radar ke pesawat Jepang dekat Okinawa jadi peringatan serius atas eskalasi di Laut China Timur. Dari dua lock dalam sehari hingga protes tegas Tokyo, ini tunjukkan betapa rapuhnya stabilitas regional. Jepang tak tinggal diam: scrambling tambah, diplomasi keras, dan dukung sekutu AS. Bagi China, ini mungkin respons atas manuver Jepang di sekitar Taiwan—tapi risiko salah langkah tinggi. Klaim Senkaku tetap jadi bom waktu, dan insiden seperti ini bisa picu konflik lebih besar. Harapannya, dialog bilateral cepat jalan, bukan konfrontasi. Di Indo-Pasifik yang panas, kedamaian butuh kewaspadaan—bukan provokasi. Jepang dan China punya sejarah panjang; semoga ini tak jadi babak gelap baru.